BANDUNG, WR- Sebuah konferensi pendidikan digelar Partai Demokrat secara virtual. Kegiatan tersebut sebagai refleksi Hari Pendidikan Nasional 2021.
Hadir sebagai pembicara adalah Rektor IPB Arif Satria dan pengamat pendidikan Indra Charismiadji. Acara dibuka dengan arahan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Penyelenggara konferensi adalah Departemen 10 DPP Partai Demokrat pimpinan Dede Yusuf Macan Effendi. Acara dilaksanakan Kamis (6/5/2021) mulai pukul 13.00 WIB.
Di awal pengarahan, AHY secara mengejutkan memberi ucapan selamat kepada Dede Yusuf. Hal itu terkait dengan predikat lulusan terbaik program doktor dari Universitas Padjadjaran.
“Saya ucapkan selamat kepada Kang Dede Yusuf yang kemarin baru saja dinobatkan sebagai wisudawan terbaik program doktor di Unpad,” ucap AHY.
Menurut AHY, capaian itu menjadi kebanggaan keluarga besar Partai Demokrat. Juga menjadi tambahan bobot dan legasi bagi mantan wakil gubernur Jabar itu dalam posisinya sebagai wakil ketua Komisi X DPR RI.
Serta ketua Departemen 10 DPP Partai Demokrat yang membidangi pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olahraga, pariwisata dan ekonomi kreatif. “Semoga bisa makin mewarnai Komisi X DPR dan Departemen 10 DPP Partai Demokrat,” tegas AHY.
Rektor IPB Arif Satria menyorot perubahan mendasar dalam dunia pendidikan di masa pandemi. Di lingkungan kampus, kata ketua Forum Rektor Indonesia ini, terjadi pergeseran orientasi pembelajaran.
“Survey kami menegaskan para mahasiswa yang menginginkan kuliah tatap muka sangat kecil sekali. Sekitar 11 persen,” kata Arif.
Mayoritas menginginkan blended learning, yaitu perpaduan virtual atau online dengan perpaduan kuliah tatap muka. “Bagi IPB sebenarnya pola perkuliahan seperti saat ini sudah dirintis sejak 2005,” katanya.
Kampus di Indonesia terbagi pada dua orientasi besar. Yakni kampus riset dan kampus entrepreneurship. “Kalau IPB memadukan keduanya. Yaitu kampus dengan pengembangan socialpreneurship dan technopreneurship,” tandasnya.
Praktisi pendidikan digital Indra Charismiadji menyebut learning loss di Indonesia sebenarnya sudah terjadi sejak sebelum Pandemi. Hal itu ditandai dengan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan yang sangat rendah.
“Sebelum pandemi masih ada tiga persen yang belum lulus SD,” kata Indra. Kemudian walau anggaran pendidikan 20 persen, kenaikan APK tak lebih satu persen dalam setahun.
“Begitu pandemi muncul, kondisi pendidikan kita makin jauh tertinggal. Benar-benar learning loss,” katanya. (R-03)