BANDUNG, WR- Sebagai orang tua, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merasa risau dengan situasi dunia pendidikan saat ini. Begitu juga selaku ketua umum DPP Partai Demokrat.
“Pandemi telah menyebabkan kesenjangan pengetahuan anak-anak kita. Yang pintar makin pintar sementara yang tertinggal makin jauh,” ujar AHY dalam Konferensi Pendidikan yang digelar Partai Demokrat secara virtual pada Kamis (6/5/2021).
Konferensi Pendidikan diselenggarakan sebagai refleksi Hari Pendidikan Nasional. Penyelenggaraanya Departemen 10 DPP Partai Demokrat yang dipimpin Dede Yusuf Macan Effendi.
Sebagai pembicara tampil Rektor IPB Arif Satria dan pengamat serta praktisi pendidikan digital Indra Charismiadji. AHY tampil berbaju batik coklat dan memberi pengantar dalam Konferensi Pendidikan tersebut.
Sebagai orang tua, AHY merasakan betul kekhawatiran learning loss akibat pembelajaran virtual. Lebih setahun anak-anak Indonesia belum kembali belajar tatap muka di sekolah.
“Anak-anak kita pasti dihinggapi rasa jenuh karena terus menerus belajar cuma di layar kecil,” katanya. Padahal, pembelajaran tidak cuma sekadar tahu dan menyelesaikan soal-soal online. Tetapi juga ada pembentukan watak dan karakter lewat interaksi sosial, problem solving, dan aktivitas lapangan.
“Setelah belajar dalam jaringan terkadang juga anak-anak bertanya ke orang tuanya. Sebagai orang tua kita khawatir belum bisa jadi substitusi sebagai guru,” tandas AHY.
Kerisauan lain AHY adalah kondisi sulit perekonomian Indonesia. Pandemi telah memukul pendapatan masyarakat, khususnya 30 persen yang berada di lapisan terbawah.
“Jangankan memikirkan akses internet dan ketersediaan gawai. Untuk makan sehari-hari saja sulit. Bagi kelompok terbawah ini yang utama adalah urusan makan. Soal isi perut, setelah itu baru bicara yang lain-lain,” tandasnya.
Kepada Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf, AHY juga menekankan kerisauan lain. Yakni angka putus sekolah akibat kesulitan ekonomi sebagai dampak pandemi. “Banyak anak-anak kita yang lebih fokus bantu ekonomi keluarga daripada menyelesaikan sekolah,” paparnya.
Kondisinya tidak menentu karena percepatan vaksinasi masih sangat kecil. Saat ini baru sekitar lima persen saja dari jumlah penduduk Indonesia yang sudah menjalani vaksinasi Covid-19.
Dengan laju vaksinasi yang lamban, pemulihan ekonomi juga bisa lamban. “Untuk terciptanya herd immunity diperlukan waktu sekitar enam tahun,” tegas AHY.
Padahal, Indonesia sebenarnya siap menyongsong bonus demografi dan Indonesia Emas 2045. Tapi dengan ketidakpastian vaksinasi, learning loss, dan kesulitan ekonomi, AHY khawatir yang muncul justru bencana demografi.
Sebagai ketua umum partai, AHY juga risau dengan kualitas pendidikan di masa pandemi. Sebab ada ruang-ruang yang kosong dalam pembentukan watak dan karakter anak muda Indonesia yang mampu bersaing di era abad 21.
Para siswa kehilangan ruang interaksi secara natural di lembaga-lembaga pendidikan formal. Sudah lama tidak bertemu secara face to face dengan guru dan temannya di sekolah. Upacara bendera dan kegiatan bersama di kelas menjadi nihil.
“Ini sangat merisaukan karena anak-anak kita bisa kehilangan kesempatan mengasah kompetensi sosial, leadership, dan belajar berorganisasi,” kata AHY. (R-03)