BANDUNG, WR- Gubernur Jabar Ridwan Kamil (RK) membagikan video saat tampil di acara Shihab & Shihab. Di channel tersebut RK berbagi konsep kepemimpinan.
Acara dipandu presenter Nazwa Shihab bersama ayahnya, yang juga ahli tafsir Dr Quraish Shihab.
RK mengaku bersyukur sudah melewati tiga level kepemimpinan. Yang pertama adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. “Banyak lho yang tidak lulus di sini,” katanya.
Level kedua telah dia jalani saat menikah dengan Atalia Praratya. Dan kini dikarunia tiga orang anak. Level pemimpin keluarga. “Yang ketiga level pemimpin masyarakat,” tegasnya.
Di level publik, RK memulai saat dirinya jadi pemimpin di perusahaan dengan 50 orang karyawan. Arsitektur jebolan ITB ini lantas jadi walikota Bandung pada 2013-2018.
Dan saat ini menjadi Gubernur di sebuah provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Lebih 50 juta oran. Hampir dua kali lipat rakyat Malaysia.
Ada dua kata kunci yang terus dijalani RK sebagai pemimpin publik. Yakni teladan dan belajar ikhlas. “Saya mencoba jadi teladan mulai dari pakaian, tutur kata, tulisan, dan perilaku,” katanya.
Dr Quraish Shihab menyebut dalam Islam istilah pemimpin hampir sama dengan kata imam. Makna imam tersebut sama juga dengan ibu. “Sebab apa pun yang dilihat dari seorang ibu akan menjadi teladan bagi anak-anaknya,” jelas Quraish Shihab.
Begitu juga makna imam seperti dalam salat. “Begitu imam ruku, makmum ikut ruku. Imam sujud, makmum ikut sujud. Kalau ada yang salah dengan imam, ada mekanisme yang baik mengingatkan sang imam,” jelas mantan Menteri Agama ini.
RK menyebut kadar kepemimpinan yang sulit adalah belajar ikhlas. Di awal-awal jadi walikota, RK mengaku sering baper karena banyak kritik dan komentar masyarakat yang dimasukkan ke hati.
“Dua tahun pertama saya jerawatan. Soalnya banyak komentar masyarakat di medsos yang saya masukan ke hati,” tegasnya.
RK menyebut setiap zaman ada pemimpin. Setiap pemimpin ada zamannya. Zaman Soekarno kritik masyarakat cuma lewat pamplet. Saat ini berbeda sekali.
Setiap orang bisa menyampaikan kritik, masukan, dan komentar setiap saat kepada pemimpinnya lewat medsos. Ada sisi baiknya karena kontrol masyarakat bisa langsung.
Tapi ada juga negatifnya karena apa saja bisa ditumpahkan ke pemimpin lewat medsos. “Zaman sekarang ini, bekerja saja dikomentari. Apalagi kalau tidak bekerja. Sudah pasti di-bully habis,” tandasnya.
Atas dasar itulah, RK mengaku sedang terus belajar ikhlas. Apa yang dikerjakan tanpa harus ingin dipuji atau dilihat orang. “Kalaupun ada kritik dan bully di medsos, sekarang ini tidak pernah saya masukkan hati lagi. Ikhlaskan saja,” ucap RK. (R-03).