BANDUNG, WR- Supaya industri pariwisata mampu survive, para pengelola harus peras otak. Sebab masa pandemi telah meruntuhkan sendi-sendi dalam memasarkan produk jasa dan barang.
“Perhotelan, kafe dan restoran termasuk yang paling terpukul akibat pandemi,” jelas Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf.
Dia mengatakan itu dalam acara bimbingan teknis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Acara tersebut dilaksanakan di Bumi Makmur Indah Convention Hotel, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Penyelenggara acara adalah Direktorat Kajian Strategis Kemenparekraf. Temanya Trend Industri Pariwisata Merespons Perubahan Pasar Era Pandemi.
Hadir para pelaku industri pariwisata di KBB. Menjadi narasumber Kadisparbud KBB Heri Partomo, Direktur Kajian Strategis Wawan Rusiawan, dan anggota DPR dari dapil Jabar II Dede Yusuf.
“Sebelum pandemi ada sekitar 500 ribu kendaraan datang ke Bandung Raya. Sekitar 70 persen menuju kawasan pariwisata Lembang,” kata Dede.
Saat ini pergerakan orang dan kendaraan dibatasi. Daya beli juga otomatis drop. “Okupansi hotel saat ini rata-rata di bawah 20 persen,” tegasnya.
Yang datang ke area Lembang, papar mantan Wagub Jabar ini, pola belanjanya berubah. Lebih banyak foto-fotonya daripada spending. “Kalau dulu makan dan nongkrong di cafe. Sekarang datang cuma untuk foto dan selfie,” katanya.
Dede mengaku punya teman yang terpaksa harus menutup tiga cafe dan restoran. Kemudian banting stir jualan online dari rumahnya. “Kuliner rumahan saat ini tumbuh pesat. Teman saya profitnya malah melebihi saat masih punya tiga cafe,” kilahnya.
Bisnis rumahan lebih menguntungkan karena tidak perlu sewa tempat, bayar listrik, biaya keamanan, dan beban cost karyawan jadi berkurang.
Dede lantas menceritakan paradigma bisnis 4.0 seperti yang dijalani putri pertamanya, Alifiya Arkana Paramita. Mahasiswi UI itu melakukan bisnis online shop berupa minuman cita rasa milenial. Dede menyebut kini putrinya sudah mampu membukukan omzet lebih dari Rp 20 juta per bulan.
“Pola perilaku belanja dan pergeseran pasar itulah yang harus dicermati industri pariwisata kini,” tandasnya. (R-03)