BANDUNG, WR- Perempuan tangguh ini dikenal sebagai Pramuka sejati. Namanya terkenal bukan saja di Jawa Barat, melainkan juga hingga nasional.
Ya. Dia adalah Dr B. Lena Nuryanti Sastrawinata, M. Pd. Pekerjaan formalnya adalah dosen di Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Tapi totalitasnya sebagai Pramuka menjadikan Lena Nuryanti lebih dikenal sebagai aktivis kepramukaan. Hal itu sangat wajar karena dia adalah putri dari tokoh kepramukaan Indonesia.
Lena lahir pada 9 Juli 1961 dari pasangan aktivis Pramuka. Yakni Noenoeng Djoenaedi dan Rd. Siti Asiah Suriadikusumah. Keduanya malang melintang sebagai pengurus Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat (Kwarda) dan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (Kwarnas). Entah berapa periode.
Tentu saja menjadi penggerak dan idola para peserta didik di Gugus Depan (Gudep) ketika keduanya aktif sebagai staf pengajar di IKIP Bandung (kini UPI). Jejak rekam dan kiprah Noenoeng Djoenaedi-Siti Aisah itu terpatri dan diteruskan oleh Lena Nuryanti. Hingga kini.
Dalam biduk rumah tangganya, Lena “berduet” dengan Usep Saefudin yang juga aktivis Pramuka. Mulai dari Gudep di UPI, Kwarcab Kota Bandung, Kwarda Jawa Barat, dan Kwartir Nasional. Beragam posisi dan tugas pernah diembannya. Lebih dari 30 tahun. Berdua sauyunan cinta banget dengan kepramukaan. Seperti dicontohkan Noenoeng-Aas.
Pada Rabu lalu (9/6/2021), Lena dikukuhkan sebagai guru besar FPEB dipimpin Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Prof Dr M. Solehudin, M. PD, MA.
Dalam pidato pengukuhan guru besarnya, Lena mengangkat pemikiran Strategi Merubah Mindset dari Job Seekers Menjadi Job Creators Untuk Membangun Ekonomi Kreatif Berbasis Teknologi Digital.
Dampak pandemi, menurut Lena telah memukul perekonomian dunia. Pertumbuhan ekonomi anjlok hingga minus. Penganggaran naik tinggi. Di Indonesia, berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) pengangguran bertambah 2,67 juta jiwa menjadi 9,77 juta orang per Agustus 2020.
Angka tersebut meningkat 14,28 persen dari total penduduk usia kerja 203,97 juta jiwa. Bagaimana mengatasi hal tersebut?
“Hijrah pola pikir (mindset) dari pencari kerja (job seeker) menjadi pencipta kerja (job creator) merupakan jawaban untuk membangun ekonomi kreatif berbasis teknologi digital seperti yang dibutuhkan di masa sulit sekarang ini,” jelas Profesor Lena Nuryanti.
Menurut ibu dari empat orang anak ini, untuk mengubah kondisi bangsa Indonesia saat ini, diperlukan revitalisasi pada pelaksanaan sistem pembelajaran di perguruan tinggi.
Selain memprioritaskan mahasiswa cepat lulus dan siap bekerja, mahasiswa juga harus dipersiapkan dalam menciptakan pekerjaan sejak mengikuti perkuliahan.
Akan tetapi, proses pembelajaran yang interaktif dengan fokus pada pengembangan karakter peserta didik, dapat terwujud dengan bantuan teknologi digital dalam hubungan pendampingan, bukan pengajaran.
Sedangkan dalam kegiatan penelitian, dilakukan sebagai bagian dari kerja sama dengan sektor industri untuk menggali alternatif solusi dari satu permasalahan, yang melibatkan para peserta didik dalam memahami kasus riil di industri tertentu.
Lena mengatakan, hijrah mindset itu dapat ditempuh melalui model problem based learning, project based learning, inquiry, discovery learning dan CBE2L (Competence Based Experience and Entrepreneurship Learning).
“Masing-masing mahasiswa diarahkan memiliki usaha yang memanfaatkan platform digital seperti Facebook, Instagram, Youtube, WhatsApp, Twitter, sampai ke Tiktok sebagai basisnya,” jelas Ema Lena, demikian panggilannya dari anak didik Pramuka di UPI Bandung.
Dengan demikian, profesi Pendidikan dan Keguruan yang mempertahankan adanya hubungan interaktif dengan kesetaraan yang beretika seperti yang ada di perguruan tinggi yang adaptif memanfaatkan AI (Artificial Intelegence), IoT (Internet of Things), dan machiene learning yang terkumpul di dalam Big Data atau Cloud Computing akan tetap eksis sampai anak cucu dan cicit generasi Alpha di beberapa dekade mendatang. (R-03)