BANDUNG, WR – Probiotik Komunitas merupakan solusi sederhana, di mana hanya dengan mengkonsumsinya sudah mampu untuk memperkaya mikrobioma tubuh kita. Agar tubuh tetap sehat, maka mikrobioma di dalam tubuh juga harus dijaga supaya tetap beragam dan seimbang.
Probiotik Komunitas mampu meningkatkan imunitas tubuh dan diyakini menjadi antivirus atau penawar virus Covid-19.
Hal ini terungkap dalam webinar bertema “Meningkatkan Imunitas di Masa Pandemi dengan Probiotik Komunitas” yang digelar Komisariat ITB-97, Kamis (15/7/21) lalu.
Webinar Series #03 Komisariat ITB-97 ini enghadirkan beberapa pembicara seperti Dosen FKM UNAIR Dr.(cand) dr. Farid Lusno, M.Kes, Dosen Mikrobiologi FMIPA UNHAS juga Dosen S2 FK UNHAS Dr. Sulfahri, M.Si. Webinar juga dihadiri pembicara Basuki Rokhmad, owner dan founder PT BIOS Pro Siklus dan Produsen Biosyafa.
Dosen Mikrobiologi FMIPA Universitas Hasanuddin Makassar (Unhas), juga Dosen S2 Fakultas Kedokteran Unhas, Dr. Sulfahri, M.Si menyampaikan, banyak faktor yang dapat menentukan imunitas kita, salah satunya adalah makanan dan juga pola hidup.
Menurut Sulfahri makanan di sini penting karena sebagai sumber nutrisi. Sedangkan pola hidup termasuk didalamnya pola makan (apa yang dikonsumsi, kapan itu dikonsumsi dan berapa jumlah makanan yang dikonsumsi), pola olahraga, dan pola tidur.
“Sesuai dengan hasil penelitian, salah satu makanan yang berpengaruh nyata untuk meningkatkan imunitas adalah madu dan herbal, serta makanan organik dan non GMO, juga Probiotik,” jelas Sulfahri.
Dalam Probiotik Komunitas, lanjut Fahri, ketiga makanan tersebut dijadikan satu kesatuan dan dilakukan suatu proses fermentasi dalam waktu yang cukup lama dengan menggunakan teknologi yang canggih.
Sumber senyawa aktif yang dikandung madu dan herbal akan dipecah menjadi lebih kecil oleh bakteri menjadi ukuran partikel nano, sehingga lebih mudah diserap tubuh.
“Sehingga bisa dikatakan jika kita mengkonsumsi Probiotik Komunitas, kita memakan senyawa aktif yang sudah dinanokan dan memakan bakteri hidup dalam jumlah yang melimpah,” jelas Fahri.
Kenapa tubuh membutuhkan banyak bakteri? Karena menurut Fahri dalam tubuh ada sekitar 100 T bakteri dan 30 sd 40 T sel tubuh. Sehingga bakteri disebut juga sebagai organ keenam.
Di samping itu, bakteri dalam tubuh dianggap penting karena merupakan penghasil senyawa aktif, penghasil enzim pencernaan, penghasil protein, serta penghasil vitamin dan mineral.
Fahri membeberkan, salah satu vitamin yang sedang viral terkait dengan covid ini adalah Vitamin D. Namun menurutnya anjuran untuk mengkonsumsi vitamin D dosis tinggi tidak akan efektif, jika bakteri dalam tubuh kurang. Sebab bakteri berperan dalam metabolisme vitamin D.
“Jadi sebanyak apapun vitamin D yang diminum dan selama apapun berjemur, jika bakteri dalam perut kurang, makan bioavailability-nya juga rendah,” tukas Fahri.
Secara lebih detil Fahri memaparkan, bakteri dalam Probiotik Komunitas mampu menghasilkan berbagai senyawa metabolit. Diantaranya adalah Dibutyl phthalate, 4-Methoxycinnamic acid, Cyclo(phenylalanyl-prolyl), Linolenic acid ethyl ester, Bis(2-ethylhexyl) phthalate, Eicosapentaenoic acid, dan Sedanolide.
Senyawa metabolit tersebut dapat menjadi kandidat terapi SARS-CoV2 berdasarkan uji molecular docking.
“Senyawa aktif alami tersebut bekerja dengan dua cara dalam melawan virus SARS-CoV2,” kata Fahri.
Cara yang pertama adalah dengan menghambat protein SARS-CoV2 menempel pada reseptor ACE-2 pada tubuh manusia, di mana reseptor ini banyak terdapat di paru-paru dan perut, serta sedikit di dalam mulut.
“Sedangkan cara kedua adalah dengan menghambat replikasi virus SARS-CoV2. Sehingga jika ada virus yang terlanjur menempel akan dihambat penyebarannya dengan cara kedua ini,” jelas Fahri.
Menurutnya, binding affinity dari senyawa aktif yang dikandung oleh herbal dan yang dihasilkan oleh Probiotik Komunitas tersebut bahkan lebih baik dari antivirus redemsivir dan cloroquinon.
“Dan senyawa-senyawa tersebut berkerjasama dari berbagai sisi sehingga mampu menetralisir virus Covid-19 dalam hitungan hari bahkan hitungan jam, karena bioavailability-nya yang bagus tersebut,” ungkap Fahri.
Lebih dari itu berat molekul senyawa aktif tersebut juga lebih ringan jika dibandingkan dengan berat molekul obat kimia redemsivir dan cloroquinon.
“Karena jika terlalu berat molekul suatu senyawa, maka darah pun akan terlalu berat mengangkutnya, sehingga butuh kerja keras yang menyebabkan kita akan oleng jika minum obat kimia tersebut,” papar Fahri.
Karena Probotik Komunitas berasal dari herbal yang difermentasi itu lulus uji toksisitas, sehingga efek ke tubuh juga tidak toxic atau aman untuk dikonsumsi.
“Jika virus Covid-19 menyerang tubuh, maka ada dua kemungkinan yang terjadi pada sistem imun tergantung pada kondisi tubuh, yaitu respon imun yang kurang reaktif (tubuh akan memberikan respon anti infamsi) dan respon imun yang over reaktif (tubuh akan memberikan respon pro inflamasi),” papar Fahri.
Menurutnya, salah satu penyebab pasien meninggal karena Covid-19 itu sebenarnya adalah karena respon imun yang terlalu reaktif yang menimbulkan badai sitokin yang menyebabkan paru-paru kaku, sehingga tidak bisa mengambil udara.
“Bakteri dalam Probiotik Komunitas ini mampu menyeimbangkan respon imun sehingga sitokin dihasilkan dalam jumlah yang wajar,” pungkas Fahri.*(R-07)