SOREANG, WR – Kesadaran masyarakat Kabupaten Bandung untuk mengikuti program Keluarga Berencana (KB) tinggi. Hal itu terbukti dari jumlah kepesertaan ber KB yang sudah mencapai 80 persen.
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Pergerakan Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Bandung, Ida Farida mengatakan, saat ini kesadaran masyarakat Kabupaten Bandung untuk mengikuti program Keluarga Bencana (KB) dapat dikatakan sudah mulai berhasil.
Ida menceritakan, kalau dulu untuk mengajak masyarakat agar mau mengikuti program KB ini sangat sulit. Padahal sudah menjadi program prioritas dari pemerintah. Saat ini, KB sudah menjadi sebuah kebutuhan dan mayoritas masyarakat sudah merasakan pentingnya mengikuti program KB.
“Semakin banyak orang yang ber KB, artinya KB semakin melembaga. Sekarang dari aspek kuantitas dapat dikatakan berhasil,” ujar Ida, Jumat (6/8/21).
Salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan program KB adalah Total Fertility Rate (TFR). Saat ini, TFR Kabupaten Bandung itu berada diangka 2,43. Pihaknya menargetkan TFR diangka 2,1 namun memang cukup sulit. Kendalanya diantaranya adalah masih tingginya angka perkawinan muda.
Oleh karena itu, strategi untuk menurunkan TFR adalah dengan meningkatkan kualitas ber-KB-nya, yaitu dengan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Misalnya Intra Uterine Device (IUD), Medis Operatif Wanita (MOW), Medis Operatif Pria (MOP) serta Implan.
“Strategi lainnya adalah dengan pencegahan yaitu melalui program penundaan anak pertama (PAP) bagi yang sudah terlanjur menikah di bawah umur dan juga melalui program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP),” tutur Ida
Mengingat jumlah kawin anak di Kabupaten Bandung itu tinggi, maka DP2KBP3A Kabupaten Bandung meluncurkan program Bedas Sapujagat. Tujuannya adalah sebagai pencegahan dan penanggulangan kawin anak melalui pengembangan kebijakan multi sektor.
Ida mengungkapkan dengan jumlah penduduk yang banyak, maka akan berimbas pada permasalahan sosial. Seperti KDRT, kekerasan terhadap anak dan perkawinan usia anak.
Ida menyebut tiga faktor yang bisa mempengaruhi pertumbuhan jumlah penduduk yaitu fertilitas (kelahiran), migrasi, mortalitas (kematian).
“Aspek fertilitasnya itulah yang berkaitan dengan tugas kita. Jadi, bagaimana kita bisa menekan angka kelahiran melalui indikator Total Fertility Rate (TFR),” paparnya.
Upaya lainnya untuk mensukseskan program KB adalah dengan meningkatkan kegiatan penyuluhan. Pihaknya memiliki beberapa jaringan yang bisa mencangkup masyarakat. Diantaranya adalah Pos KB Desa, Sub Pos KB desa, kelompok akseptor, dasawisma hingga keluarga.*(R-07)