BANDUNG, WR- Toleransi beragama terkadang masih jadi persoalan pelik. Termasuk di kota besar seperti Bandung.
Namun hasil memuaskan terpotret di Kampung Toleransi yang dijadikan objek penelitian desertasi oleh Kustana, M., Si. Ketua program studi Sosiologi FISIP Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung ini berhasil mempertahankan desertasinya terkait Kampung Toleransi di Kota Bandung. Hingga dia resmi jadi doktor studi-studi Agama di Indonesia.
Sidang terbuka Promosi Doktor atas nama Kustana dilakukan di UIN Bandung secara daring dan luring pada Senin, 16/8/2021. Judul desertasinya Toleransi Beragama di Ruang Publik, Studi Kampung Toleransi di Kota Bandung, Jawa Barat.
Kustana yang lahir di Bandung, 6 Agustus 1972 ini meneliti kehidupan toleransi seperti halnya konsep Puja Mandala di Nusa Dua, Bali. Atau mirip Desa Pancasila di Lamongan dan Yogya Kota Toleran.
“Selamat jadi doktor Kiai Kustana,” ucap Prof Dr Dadang Kahmad yang menjadi salah satu penguji. Kustana memang dikenal sebagai salah satu kiai yang juga jadi ketua Majelis Rasulallah di Cileunyi, Kabupaten Bandung.
Ayah dari tiga anak ini melakukan penelitian Kampung Toleransi di empat lokasi berbeda. Yakni, RW 02 Kelurahan Paledang, Kecamatan Lengkong. Kemudian, RW 04 Kelurahan Balonggede, Kecamatan Regol. Ketiga, RW 04 Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojongloa Kaler. Lokasi terakhir di RW 12 Kelurahan Babakan, Kecamatan Babakan Ciparay.
Semuanya di wilayah administratif Kota Bandung. Dengan ciri khas ada tempat beribadah yang beragam seperti vihara, gereja, dan masjid.
Seorang penguji mempertanyakan hubungan ketaatan seseorang dengan sikap toleransi beragama. “Ada pendapat makin taat seseorang, makin tidak toleran,” tanya tim penguji.
Kustana yang menyelesaikan S-1 dan S-2 di UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini mengaku berpendapat sebaliknya. “Makin taat seseorang justru makin toleran,” tandasnya.
Dosen teori ilmu sosial ini menyebut pasti ada salah penafsiran atas Kitab Suci jika orang taat beragama tapi tidak toleran. “Saya berpendapat pasti ada kesalahan penafsiran teks dan konsep-konsep di Kitab Suci. Kalau di Agama Islam terhadap Al-Qur’an,” ucap Kustana.
Ketua sidang promosi doktor, mengumumkan Kustana lulus sebagai doktor dengan IPK 3,79. Ditempuh delapan semester, Kustana lulus Sangat Memuaskan.
Kustana yang pernah jadi pengurus Puslitbangda Kwarda Jawa Barat di era kepemimpinan Dede Yusuf ini menjadi Doktor ke-569 yang diluluskan Pasca Sarjana UIN Bandung.
Atau Doktor ke-130 bidang studi Agama-Agama jebolan UIN Bandung. Selamat Doktor Kustana Syamsudin Nawawi, M., Si. (R-03)