BANDUNG, WR- Tewasnya 11 siswa dan santri sebuah pesantren di Ciamis dalam kegiatan susur sungai jadi perhatian nasional. Bukan saja kalangan pemerintah, tapi juga organisasi Gerakan Pramuka.
Bikin kaget, pilu, dan menguras perasaan duka mendalam. Makin jadi perbincangan setelah disebut musibah terjadi saat kegiatan kepramukaan.
Ketua Kwarda Jabar Atalia Praratya bergerak cepat. Lima hal dilakukan istri Gubernur Ridwan Kamil itu atas musibah tenggelamnya 11 siswa MTs Harapan Bangsa di Sungai Cileueur, Desa Utama, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.
Berikut faktanya:
Pertama, ucapkan duka cita mendalam. Dalam akun medsosnya, Atalia menulis begini:
Innalilahi Wainnailaihi Raji’un. Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat menyatakan duka cita mendalam atas meninggalnya adik-adik kita dalam kejadian susur sungai di Kabupaten Ciamis.
Rasa sedih, pedih, dan kehilangan yang amat dalam tentu saja dirasakan oleh keluarga korban. Dan juga oleh insan Getaran Pramuka di mana pun.
Kedua, mengajak jajaran pengurus Gerakan Pramuka melakukan Salat Gaib untuk mendoakan para santri yang meninggal husnul khatimah dan masuk surga.
Ketiga, gerak cepat dengan menemui tempat kejadian perkara dan keluarga korban, termasuk pihak sekolah/pesantren.
Saat kejadian, Atalia lagi mendampingi Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Papua untuk mengikuti penutupan PON XX. Jabar keluar jadi juara umum lagi di hajat olahraga terbesar nasional tersebut
Begitu ada kejadian Ciamis, Atalia dari Papua bergegas terbang pulang setelah terlebih dulu transit di Denpasar, Bali. Begitu mendarat di Bandara Soekarno Hatta, Atalia langsung menuju Ciamis.
Tiba di Ciamis sekitar pukul 17.00, Atalia terlebih dulu melihat dari dekat tempat kejadian perkara (TKP) di sebuah muara Sungai Cileueur yang oleh masyarakat setempat disebut Leuwi Ili.
Dari sana, Atalia bertemu pihak sekolah dan Pondok Pesantren Cijantung. Keluarga besar pondok dan para santri larut dalam duka atas meninggalnya 11 pelajar yang sedang kegiatan susur sungai pada Jumat, 15 Oktober 2021.
Keempat, Atalia memberikan uang duka masing-masing Rp 25 juta kepada keluarga korban. Termasuk langsung menemui rumah keluarga korban.
Tangis kesedihan pecah saat Atalia bertemu pihak keluarga. Keharuan tak kuasa dibendung atas kehilangan putra dan putri tercintanya.
Yang dikunjungi adalah keluarga almarhum Chandra Ryzkie Hernawan (umur 12 tahun), alamat Jl Rd. Okasabra Takusumah, RT 03/30 Kelurahan Ciamis, Kecamatan Ciamis.
Kemudian keluarga almarhumah Khansaa Khairun Nisa (umur 13 tahun), yang beralamat di Dusun Desa Kulon, RT 009/003, Desa Cimari, Kec. Cikoneng, Kab. Ciamis.
Kelima, Atalia minta tidak saling menyalahkan. Pihak pesantren menjelaskan susur sungai bukan kegiatan Pramuka. Juga tidak memiliki izin dari struktur organisasi Gerakan Pramuka.
Apalagi di masa pandemi yang masih melarang berbagai kegiatan tatap muka yang melibatkan banyak orang. Keberadaan Gugus Depan (Gudep) sebagai satuan pendidikan kepramukaan di pesantren tersebut juga dalam kondisi tidak aktif.
Sementara, Pramuka memiliki pedoman yang sudah sangat matang dan disusun dalam Petunjuk Penyelenggaraan (Jukran) Kwartir Nasional, yakni Nomor 277 Tahun 2007. Jukran tersebut berisi pedoman pelaksanaan kegiatan, termasuk juga manajemen rIsiko terkait kegiatan, termasuk di dalamnya susur sungai.
“Tentu saja, apa pun yang telah terjadi itu semua kehendak Yang Maha Kuasa. Ini adalah musibah yang tidak bisa kita hindari dan tidak perlu menyalahkan siapa pun,” tegas Atalia. (R-03)