BANDUNG, WR- Di depan pejabat Kemenparekraf, Dede Yusuf Macan Effendi sangat fasih bicara kuliner. Terutama jenis makanan tradisional.
Wakil ketua Komisi X DPR itu bicara panjang lebar mulai wajit, otak-otak, kelapa muda, kalua jeruk, dan ranginang. Hal tersebut disampaikan di forum Bimtek Bagi Pelaku Ekonomi Kreatif, Subsektor Kuliner.
Acara dipusatkan di Graha Wirakarya, Ciparay, Kabupaten Bandung. Hadir, antara lain, Direktur Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Kemenparekraf Erwita Dianti dan Sekretaris Disparbud Kabupaten Bandung Hidayat Ramdan.
“Di Ciwidey saya ketemu pembuat Kalua dari kulit jeruk. Rasanya manis banget hingga gigi saya yang bolong terasa agak nyut-nyutan” kata Dede.
Mantan wakil gubernur Jabar ini bercerita kalua dari kulit jeruk diproduksi secara turun temurun. Baik rasa, bentuk, dan penyajiannya. “Apakah anak-anak milenial mengenal kalua jeruk? Ini sebuah persoalan serius,” ungkapnya.
Yang diperlukan saat ini, lanjut Dede, bagaimana teknik kemasan dan branding dari kalua jeruk. Demikian juga bentuknya. Setelah itu metode pemasarannya. Rasa manisnya pun bisa dikreasi dengan beragam jenis.
“Sebetulnya yang paling nikmat makan kalua jeruk saat ngopi. Di situ juga terkait teknik pemasaran,” tandasnya.
Salah satu ketua DPP Partai Demokrat ini kemudian menyinggung wajit dari Cililin di Kabupaten Bandung Barat. “Bisa saja tidak harus dibungkus daun jagung,” katanya.
Demikian halnya dengan otak-otak yang dibungkus daun pisang. Padahal di Jepang dibungkus dengan rumput laut sehingga langsung dimakan. “Siapa yang mau makan otak-otak dengan daun pisangnya,” seloroh Dede.
Direktur Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Kemenparekraf Erwita Dianti menyebut ada 17 subsektor yang ditangani. Di antaranya kuliner, kria, fasion, game, animasi, TV, radio, periklanan seni pertunjukan, film, desain grafis, dan arsitektur.
“Semua subsektor tadi perlu dikembangkan agar ekonomi kreatif bangkit,” tandasnya.
Sementara itu, Hidayat Ramdan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung menyebut Pemda terus memfasilitasi industri kuliner. Khususnya di masa sulit karena pandemi.
“Pemda bantu fasilitasi baik kemasan, cara pemasaran, izin edar, dan perizinan halalnya,” kata Hidayat.
Jika ada kekhasan tertentu, Pemda Kabupaten Bandung bahkan akan bantu mengurus hingga hak paten. (R-03)