BANDUNG, WR- Produk kuliner Kabupaten Bandung sangat kaya. Baik jenis, bentuk, rasa, dan bahannya. Tapi sayang tidak dikenal luas publik.
“Saya googling cari kuliner Kabupaten Bandung. Yang muncul makanan dan minuman di Kota Bandung,” ujar Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf Macan Effendi.
Dede bicara hal tersebut di forum Bimtek Bagi Pelaku Ekonomi Kreatif Subsektor Kuliner. Kegiatan Kemenparekraf tersebut digelar di Kopo Square, Jl Margahayu, Kabupaten Bandung, Jumat (29/10/2021).
Turut hadir Direktur Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Kemenparekraf Erwita Dianti, Ketua Imah Rancage Saeful Bachri, dan pejabat dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung.
Dede mengaku sedih karena produk kuliner dari daerah pemilihannya tidak ditemukan di dunia maya. “Siapa yang salah? Bukan salah Google. Ini salah pemerintah daerah dan pelaku usaha yang tidak kolaborasi,” tegasnya.
Produk kuliner yang jadi buruan para wisatawan umumnya berbahan dasar dari Kabupaten Bandung. Seperti dari Ciwidey, Banjaran, Pangalengan, Rancabali, dan Pasirjambu. Bahkan diproduksi dari wilayah tersebut.
“Tapi orang membelinya di Kota Bandung,” jelas mantan wakil gubernur Jabar ini.
Dede lantas bercerita saat dirinya mengunjungi Istana Kaisar di kawasan Forbidden City, Tiongkok. Di sana wisatawan diajak keliling sudut Istana dengan narasi hebat tentang kebiasaan kaisar.
Salah satunya cerita Kaisar yang memiliki istri selir lebih dari 300 orang. “Pengunjung dibuat tertarik dengan narasi setiap malam Kaisar bersama istri yang berbeda,” paparnya.
Kaisar terbiasa menikmati sajian teh dan ginseng. Harganya sangat mahal mulai 5 juta sampai 50 juta. Per kotak. “Narasi itu bikin Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu beli. Saya sih beli yang lima juta,” paparnya.
Pola cerita dan narasi seperti itu bisa diadopsi di Kabupaten Bandung. Misalnya saat menjual kopi hasil produksi Pangalengan, Ciwidey, dan Pasirjambu.
“Orang kita terbiasa kerja kelar semalam. Biasanya disebut kerja Sangkuriang. Kalau ditanya apa rahasianya bisa kerja Sangkuriang? Jawab saja dengan minum kopi Gunung Puntang,” ungkap Dede.
Narasi terkait Kawah Putih juga bisa dibuat. Pengunjung wajib memakai iket Sunda yang disewa jika masuk kawah putih. “Buat narasi bahwa leluhur Kawah Putih akan marah jika ada pengunjung tidak pakai iket Sunda,” papar politikus Demokrat ini.
Sementara itu, Direktur Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Kemenparekraf Erwita Dianti menyebut ada tiga prasyarat agar industri kuliner bangkit. Yakni, inovasi, adaftasi, dan kolaborasi.
“Ciptakan hal-hal yang baru. Kemudian harus menyesuaikan dengan kehidupan normal baru di era pandemi. Setelah itu perkuat jaringan dengan kolaborasi,” kilah Erwita Dianti. (R-03)