BANDUNG, WR- Sehari usai perhelatan balap motor WSBK, Komisi X DPR mengunjungi Sirkuit Mandalika di Nusa Tenggara Barat. Sejumlah catatan perbaikan ditemukan.
Komisi yang membidangi olahraga, pendidikan, dan pariwisata tersebut melakukan Kunjungan Spesifik (Kunspek) ke Mandalika. Pimpinan rombongan adalah politikus Partai Demokrat Dede Yusuf Macan Effendi.
Wakil ketua Komisi X DPR itu diterima manajemen Pertamina Mandalika International Street Circuit dan Wakil Bupati Lombok Tengah Muhammad Nursiyah. Dari Jakarta hadir pejabat eselon I dan II Kemenparekraf.
Dede menyoroti fasilitas tribun penonton yang dinilai masih kurang. Untuk sirkuit kelas dunia seperti ajang MotoGP atau Formula 1, tribun harus ditambah. Sebab berpeluang ditonton sampai 200 ribu orang.
“Jumlah tribun penonton saat ini baru ada enam, yang hanya bisa menampung kapasitas sekitar 20 ribu orang. Diharapkan untuk event besar selanjutnya bisa bertambah lebih banyak lagi,” tegas wakil rakyat dari Jabar II (Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat) ini.
Balap motor, lanjut mantan wakil gubernur Jabar ini, umumnya jadi incaran kelas menengah ke atas. Wajar jika tiketnya relatif mahal.
Ke depan perlu dipikirkan agar masyarakat kelas menengah ke bawah juga punya akses yang sama ke Mandalika. Untuk menikmati sports tourism lain yang terjangkau.
Dede menginginkan ke depan, harus ada event ataupun daya tarik lainnya di sekitar sirkuit yang sifatnya middle to low. Dengan begitu semua lapisan masyarakat bisa mengakses Mandalika.
“Contohnya, saya menawarkan ada pembangunan seperti destinasi wahana Dunia Fantasi yang menggunakan tematiknya adalah Mandalika, mengusung tema bike world,” papar Dede.
Dia lantas memberi contoh fasilitas wahana bermain roller coaster dibuat modelnya seperti motor Ducati. Kemudian pantai yang begitu indah bisa jadi water sport tourism. “Bisa juga dibangun museum motor,” jelasnya.
Dengan demikian terbangun satu ekosistem sport tourism. Termasuk dukungan sumber daya manusia di bidang otomotif mulai dari penyiapan SMK dan Politeknik di bidang industri otomotif dan sport tourism.
Ekosistem yang berkelanjutan itu sangat penting sebab ajang balapan motor atau mobil tidak hadir setiap bulan. Jangan sampai sirkuit banyak menganggur.
“Jika sistem berkelanjutan itu sudah dibantu maka akan jadi lokomotif perekonomian bagi NTB dan juga Indonesia,” tegas Dede. (R-03)