BANDUNG, WR- Tokoh senior Jawa Barat Aang Hamid Suganda telah berpulang. Bupati Kuningan periode 2003-2013 ini punya hubungan istimewa bagi Dede Yusuf Macan Effendi.
Tidak sekadar hubungan senior-junior di pemerintahan dan politik. Tapi lebih dari itu. “Om Aang ini mentor dan guru politik saya. Sekaligus juga paman,” ucap Dede Yusuf.
Aang Hamid Suganda wafat dalam usia 80 tahun di RS Harapan Kita Jakarta pada Senin malam (20/6/2022), sekitar pukul 23.00 WiB. Bulan lalu, Aang sempat dirawat di RSUD Kuningan karena kelelahan.
Ayah kandung Wakil Bupati Kuningan Muhammad Ridho Suganda ini kemudian melanjutkan perawatan di Jakarta. “Kemarin sebelum operasi jantung masih kontak-kontakan dengan saya. Memang kemudian dibawa ke ICU mungkin ada pendarahan,” jelas Dede.
Aang dan Dede memang ibarat guru dan murid. Ketika Dede berjuang jadi anggota DPR pada Pemilu 2004, saat itu Aang sudah jadi bupati. Dede kebetulan jadi wakil rakyat dari dapil Kuningan, Ciamis, dan Kota Banjar.
Hubungan keduanya makin intensif saat Dede terpilih jadi wakil gubernur Jabar periode 2008-2013. Aang sebagai bupati yang dituakan oleh para kepala daerah di Jabar jadi jembatan harmonisasi antara Pemprov dengan Kabupaten dan Kota.
“Antara Pemprov dan bupati atau walikota terkadang ada saja sedikit miskomunikasi. Sama-sama merasa dipilih langsung rakyat. Saya biasanya menjembatani komunikasi dengan cara-cara informal,” tegas Dede.
Saat itu, banyak kepala daerah yang jauh lebih senior dari gubernur dan wakil gubernur. Ada Engkon Komara (bupati Ciamis), Herman Sutrisno (walikota Banjar), Yance (bupati Indramayu), Soetrisno (bupati Majalengka), Dedi Supardi (bupati Cirebon), dan Aang Hamid Suganda.
“Lewat Om Aang komunikasi dengan Pemprov jadi hangat. Bisa lewat main golf bareng atau sekadar ngopi,” ungkap wakil ketua Komisi X DPR ini.
Hal yang selalu dikenang Dede, Aang sangat bersahaja dan santun kepada sesama. Menjalin komunikasi dengan segala lapisan masyarakat. Sebagai bupati, Aang juga tak segan datang ke Pemprov atau Pemerintah Pusat untuk memperjuangkan kemajuan daerah.
Di masa kepemimpinan Aang, banyak sekali embung (bendungan) dibangun di Kuninga. Fungsinya sebagai cadangan air, irigasi, pengendali banjir, dan pariwisata.
Infrastruktur jalan terjaga baik hingga ke desa-desa. “Om Aang ini suka jalan-jalan ke setiap sudut kota dan daerah. Kalau ada jalan rusak atau berlubang langsung diteruskan ke dinas terkait,” kata Dede.
Tidak perduli status jalan nasional atau jalan provinsi, di masa Aang menjabat, pasti dirawat dan dijaga. “Saat itu hampir tidak ada jalan rusak di Kabupaten Kuningan,” katanya.
Kiprah dan totalitasnya dalam membangun daerah menjadikan Aang Hamid dikenal sebagai Bapak Pembangunan Kabupaten Kuningan. “Dari Om Aang saya belajar banyak baik di pemerintahan, politik, kepemimpinan, dan kemasyarakatan,” tandas Dede.
Aang menjadi paman dari Dede Yusuf karena menikah dengan Hj Utje Choeriyah. Utje adalah adik kandung ibunda Dede, Hj Rahayu Effendi.
Menariknya, Utje juga sempat jadi bupati Kuningan melanjutkan suaminya. Namun wafat usai terkena serangan jantung ketika agenda kegiatannya sebagai bupati pada 7 April 2016.
Keluarga lain Dede yang menjadi bupati adalah Kolonel Purn Agus Utara Effendi. Adik kandung dari Hj Rahayu Effendi itu menjadi bupati Bogor periode 1998-2008. (R-03)