BANDUNG, WR- Tragedi Kanjuruhan yang sangat memilukan harus jadi bahan koreksi dan introspeksi. Termasuk bagi suporter dan klub Persib Bandung.
Itulah kesimpulan dalam acara Dimensi; Diskusi Media dan Aspirasi yang digelar Dewan Pertimbangan (Wantim) Partai Demokrat Jawa Barat. Topiknya yang masih hangat, yaitu Sepak Bola Itu Hiburan, Bukan Kuburan.
Acara yang dikemas santai di Cafe Sora, Jl Dago, Bandung ini menampilkan tiga pembicara. Yakni Yana Umar dari bobotoh Persib Bandung, Mujib Prayitno dari tim media, dan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi.
“Selain faktor gas air mata, Kanjuruhan jadi bukti bahwa stadion memang tidak layak. Tapi apakah cuma Kanjuruhan di Malang saja,” ujar Yana Umar, Sabtu (29/10/2022).
Yana Umar menyebut Stadion GBLA Bandung tidak lebih baik dari Kanjuruhan. Yang ditakutkan bukan soal miring atau penurunan tanah.
“Toilet saja tidak pernah ada airnya. Puluhan ribu bobotoh bagaimana kalau mau buang air kecil. Atau bahkan BAB,” tegas pentolan Viking Club ini.
Yang bikin was-was lagi, lanjut Yana, jika terjadi kondisi darurat seperti di Kanjuruhan, GBLA lebih berbahaya. Akses keluar dari stadion dari tribun jauh dari standar FIFA.
“Yang lebih berbahaya lagi, pagar tribun tingginya enam meter. Kalau bobotoh lompat ke lapangan untuk menyelamatkan diri, ya….pasti dead,” ucap Yana.
Atas fakta itulah, Yana sampai berani memastikan bahwa GBLA boleh jadi stadion paling tidak layak menurut standar FIFA. “Saya berpikir, jika tidak ada kejadian Kanjuruhan, boleh jadi akan terjadi di GBLA,” katanya.
Sementara itu, Mujib Prayitno minta agar DPR mengawal penerbitan peraturan turunan dari UU No 11/2022 tentang Keolahragaan. Terutama standar minimal SOP (standar operasional prosedur) pertandingan sepak bola.
Dese Yusuf menyebut UU Keolahragaan membedakan antara penonton dan suporter. Awalnya pemerintah ingin cukup menyebut penonton.
“Sebagai ketua Panja RUU Keolahragaan saat itu saya undang banyak organisasi suporter. Makanya kita sepakat dibedakan penonton dan suporter,” tegas wakil gubernur Jabar periode 2008-2013 ini.
Substansi UU Keolahragaan, papar Dede, stadion harus ramah bagi penonton dan suporter. “Spiritnya harus womans friendly karena yang datang ke stadion bisa anak, remaja, dan ibu-ibu,” tegasnya.
Jika stadion sudah ramah anak dan wanita, dipastikan aspek keamanan, kenyamanan, dan keselamatan orang yang datang ke stadion sudah terjamin.
“Waktu ke Inggris saya juga datang ke Stadion Chelsea. Tidak besar, tapi akses transportasi berupa kereta api dan bis ke stadion sangat bagus,” tegas doktor Administrasi Publik jebolan Unpad ini.
Terkait rekomendasi TGIPF tragedi Kanjuruhan, Dede mengaku Komisi X terus memantau. Apa yang akan dilakukan presiden dan PSSI.
“Rekomendasinya kan pengurus PSSI mengundurkan diri. Tapi PSSI merespons dengan percepatan kongres luar biasa. Kalau itu kan mekanisme normatif organisasi,” tandas Dede. (R-03)