BANDUNG, WR- Pidato Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di depan ribuan kader Demokrat Jawa Barat masih terngiang. Terutama soal fokus perjuangan Demokrat.
Ketua umum DPP Partai Demokrat ini pada Sabtu (19/11/2022) melantik jajaran pengurus DPC (Dewan Pimpinan Cabang) dari 27 kabupaten/kota se-Jabar. Tempatnya di Sentul International Convention Center (SICC) Kabupaten Bogor.
“Tadi di ruang tunggu Kang Dede Yusuf bertanya kepada saya. Pak Ketum bagaimana narasi kita. Ini banyak guru-guru honorer yang berharap Partai Demokrat memperjuangkan mereka agar kembali bisa diangkat jadi PNS,” tegas AHY.
Sebelum melantik jajaran pengurus DPC se-Jabar, AHY yang datang bersama istri tampak berbincang dulu dengan Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf Macan Effendi.
Di ruangan itu, hadir juga Teuku Rifki (sekjen), Herman Khaeron (kepala BPOKK), dan Anton Sukartono Suratto (ketua DPD Partai Demokrat Jawa Barat).
Dengan suara yang agak parau, AHY dalam pidatonya menekankan pentingnya kejelasan nasib guru. Sebab, mereka adalah ujung tombak dalam pembangunan sumber daya manusia.
“Ada keluarga guru honorer di sini? Di sini ada keluarganya yang pernah diangkat jadi PNS zaman Pak SBY? Bagaimana perbedaannya? Jomplang?,” ungkap AHY yang disambut gemuruh kader Demokrat.
AHY merasa miris. Karena guru diharapkan mempersiapkan generasi bangsa ke depan. “Tapi bagaimana itu dilaksanakan dengan baik jika nasib dan kesejahteraannya tidak menentu, tidak jelas. Terombang-ambing,” tandasnya.
Demokrat, papar AHY tetap memandang infrastruktur adalah penting. Tapi jangan semua uang negara untuk infrastruktur. Diceritakan, 10 tahun pemerintahan SBY juga infrastruktur tetap dibangun.
Proyek-proyek MP3EI (Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia) dari Aceh sampai Papua yang dicanangkan era Presiden SBY, sampai sekarang masih dilanjutkan. Sebuah konsep interkoneksitas Nusantara yang menyatukan darat, laut, dan udara. “Dulu juga tetap kita lakukan,” kilahnya.
Tapi tetap ada proyek-proyek kesejahteraan. Saat itu, ada program BLT, raskin, BOS, BPJS, beasiswa Bidikmisi, dan beasiswa santri. Kemudian, layanan kesehatan diperbaiki, akses pendidikan diperluas, dan peningkatan daya beli rakyat. “Juga mengurangi utang negara,” tandasnya.
Di situlah konsep infrastruktur adalah penting. Tapi jangan melupakan prioritas kita upaya pengentasan kemiskinan, untuk pembangunan sumber daya manusia.
Diingatkan AHY, bukankah tujuan kita bernegara adalah untuk kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, jangan serba beton, dan jangan serba fisik tetapi jiwanya tidak dibangun.
“Seperti bait lagu Indonesia Raya, bangunlah jiwanya. Baru bangunlah badannya. Jangan dibolak-balik,” tegas AHY. (R-03)