BANDUNG, WR- Bertepatan dengan Hari Guru Nasional pada 25 November 2022, sebuah workshop pendidikan digelar Kemdikbud Ristek. Turut hadir Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf Macan Effendi.
“Di momen istimewa ini, saya ucapkan dulu selamat Hari Guru Nasional,” tegas Dede Yusuf di Grand Sunshine Hotel Soreang, Kabupaten Bandung.
Tampak hadir Plt Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kemdikbud Ristek Aswin Wihdiyanto dan Tenaga Ahli Komisi X DPR yang juga Ketua Rumah Aspirasi Rancage Dr M Akhiri Hailuki.
Di awal paparan, Dede Yusuf mengaku bisa membedakan antara guru dan politisi. Caranya cukup dengan melihat saat mendengar sebuah pidato.
“Guru saat mendengarkan pidato atau sambutan biasanya langsung pegang alat tulis. Sementara seorang politisi biasanya langsung utak atik handphone. Saya lihat, 90 persen di sini pasti guru,” seloroh politikus Partai Demokrat ini.
Guru saat ini dihadapkan dengan konsep merdeka belajar. Para siswa saat ini diberi keleluasaan untuk mengembangkan diri sesuai minat dan bakatnya. Fokus utamanya adalah pendidikan karakter sedari dini.
“Dalam konsep merdeka belajar ini saya melihat justru gurunya yang belum merdeka. Masih banyak beban administrasi yang justru menjerat para guru,” tegas Dede Yusuf.
Sementara itu, Plt Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Dr Aswin Wihdiyanto menyebut pemeritah sedang memulihkan pembelajaran. Hal itu dampak krisis pandemi yang lebih dua tahun menyebabkan pembelajaran tersendat.
“Asesmen Nasional sebagai pengganti Ujian Nasional sekarang ini dilakukan sebagai refleksi hasil pembelajaran. Bukan untuk menilai apalagi menghukum guru dan murid,” jelas Aswin.
Berbeda dengan UN (ujian nasional), lanjut Aswin, AN (asesmen nasional) tidak dilakukan di semua satuan pendidikan. Tidak menyasar seluruh aiswa. Dan tidak untuk menentukan kelulusan. (R-03)