BANDUNG, WR- Pada Jumat (12/5/2023), Kemendikbud Ristek menggelar desiminasi produk sastra. Acara diikuti para guru dan praktisi pendidikan di Kabupaten Bandung.
Penyelenggara acara adalah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Tempatnya di Hotel Grand Sunshine, Soreang. Hadir di acara tersebut Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf Macan Effendi.
Awalnya, Kepala Badan Bahasa Prof Dr E. Aminuddin Aziz menyebut pihaknya terus melakukan penguatan literasi. Tidak hanya produk konvensional. Tapi juga yang kekinian seperti lewat produk film, animasi, musikalisasi puisi, dan karya sastra lain.
“Kita juga sudah punya produk Uji Kompetensi Bahasa Indonesia yang tidak kalah bagusnya dari TOEFL,” jelas guru besar UPI Bandung itu.
Dede Yusuf kemudian bercerita bahwa banyak karya sastra yang diangkat ke layar lebar. Mulai dari Sitti Nurbaya, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, dan Bumi Manusia, dan Buya Hamka.
“Kakek saya juga seorang pujangga besar. Namanya Roestam Effendi,’ ucap Dede Yusuf.
Roestam Effendi adalah Pujangga Baru dengan periode karya 1920-1930-an. Sastrawan yang juga politisi itu banyak menulis prosa bebas. Salah satunya naskah drama berjudul Bebasari.
Itulah naskah drama yang pertama kali ditulis dalam bahasa Indonesia. “Sajak-sajaknya juga banyak sekali,’ tegas Dede.
Selain sebagai pujangga, Roestam yang berdarah Minangkabau, berkarier politik di Belanda. Dia adalah satu-satunya orang Indonesia (Hindia Belanda) yang terpilih dalam Pemilu menjadi anggota DPR Belanda (Tweede Kamer).
“Untuk menguatkan literasi, saya juga pernah bikin Opera Musikal Lutung Kasarung,” tegas Dede. Persisnya saat Dede menjadi wakil gubernur Jabar.
Saat itu, karya sastra Sunda itu diangkat dalam bentuk opera musikal dengan melibatkan para mojang jajaka Jawa Barat. Sutradaranya almarhum Didi Petet.
“Pagelaran seminggu penuh di Sabuga Bandung,” jelas Dede kemudian diboyong ke TIM Jakarta. Bahkan sempat dipentaskan juga di Singapura.
“Saya juga sempat mau bikin animasi film berjudul Niskala. Animasi itu berlatar cerita kejayaan Kerajaan Sunda Pajajaran pasca Perang Bubat,’ ungkap doktor Administrasi Publik jebolan Unpad ini.
Rencana itu tidak berlanjut. Sebabnya sejumlah tokoh Sunda merasa keberata. “Animasi itu pernah dibuat contohnya. Karya anak muda Bandung,” tegas Dede. (R-03)