BANDUNG, WR- Perubahan mendorong generasi Z cepat menyelesaikan tugas. Termasuk di bidang budaya dan sastra. Tapi karakter literasinya dangkal.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf dalam diseminasi kemitraan program penerjemahan. Acara Kemendikbud Ristek itu digelar di Novena Hotel, Lembang, Bandung Barat (19/5/2023).
“Generasi kolonial seperti saya dulu kalau ada ujian maka pergi ke perpustakaan. Di sana baca diktat dan menghapal dari banyak buku,” ujar Dede.
Bagi generasi milenial, papar politikus senior Partai Demokrat ini, polanya berubah. Tidak datang ke perpustakaan. Tapi berpaling ke mesin pencari seperti aplikasi dan Google.
“Generasi Z lebih maju lagi. Mereka kerjakan tugas belajar dan bikin kertas kerja cukup memerintahkan AI, artificial inteligen,” ungkap Dede.
Gen-Z, jelas doktor Administrasi Publik jebolan Unpad ini, lebih cepat mengerjakan tugas. Tapi sifatnya artifisial. Tidak mendalam. “Karakter literasinya tidak ada,” kilah Dede.
Sejatinya, lanjut Dede, literasi sesuai dengan wahyu Allah SWT. Perintah pertama Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW adalah iqra. Membaca.
“Perintah membaca di Gua Hiro, apa yang harus dibaca? Tuhan memerintahkan kita untuk membaca alam, kehidupan. Membaca kenapa daun-daun berguguran. Membaca kenapa ada hujan. Membaca hewan tumbuh dan berkembang biak,” jelas Dede Yusuf.
Fenonena kekinian, gara-gara tidak punya karakter literasi, Gen-Z hapal segala judul film dan sinetron. Atau hal yang berbau viral.
“Mereka tidak tahu cerita Lutung Kasarung, Sangkuriang, dan Ciung Wanara,’ jelasnya. Yang hapal dan jadi bahasan justru film Penari di Desa KKN, Pengabdi Setan, dan sejenisnya.
Dalam acara tersebut, tampil Muhammad Abdul Khak, Kepala pusat pembinaan bahasa dan sastra Kemendikbud Ristek. Hadir juga Herawati, kepala balai bahasa Jawa Barat.
Menurut Abdul Khak, hingga 2024 pihaknya punya target menerjemahkan 5.000 judul buku. Saat ini sudah kerja sama dengan penerbit dari India, Prancis, dan Qatar.
“Karena untuk pendidikan, penerbit dari India menggratiskan 6.000 judul buku,” tegasnya. Tahun lalu sudah diterjemahkan 1.375 buku.
Buku untuk PAUD,, SD, dan SMP itu banyak dikirim ke daerah 3 T. Yakni terdepan, terpencil, dan tertinggal. (R-03)