BANDUNG, WR- Fenomena kecerdasan buatan (artificial inteligen) makin meluas digunakan masyarakat. Termasuk di kalangan dunia pendidikan. Memudahkan pekerjaan, tapi berbahaya jika tanpa kendali.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf Macan Effendi dalam sosialisasi kebahasaan dari Kemendikbud Ristek. Acara dilaksanakan di Ciwidey Valley, Bandung (11/6/2023) dengan peserta dari para mahasiswa, karang taruna, dan komunitas literasi.
Di acata itu, Dede Yusuf sempat dialog dengan dua anak muda yang menekuni sebagai penulis. Ada yang menulis cerita pendek dan novel. Ada juga yang biasa menulis puisi.
‘Saya tahu sangat sulit anak muda seperti kalian menekuni jadi penulis. Bagaimana kalian tertarik jadi penulis,” ujar Dede Yusuf.
“Saya terlempar jadi penulis dari kebiasaan unek-unek dan curhat di buku diary,” ucap seorang mahasiswa dari Politeknik Pajajaran Bandung.
Dede menyebut anak muda ketegori Gen-Z umumnya mau serba mudah. Serba cepat dan instan. Kebiasaan itu mendorong memanfaatkan kecerdasan buatan. “Tugas sekolah, bikin presentasi dan sejenisnya pakai AI, artificial inteligen,” ujar doktor Administrasi Publik jebolan Unpad ini.
Gen-Z yang terbiasa menggunakan AI, dalam 20-30 tahun ke depan akan jadi para pemimpin. Boleh jadi mereka tumbuh dan berkembang jadi sosok baru yang ditemani kecerdasan buatan.
“Jika kelak jadi pemimpin, apa jadinya jika dalam memimpin mereka juga mengambil keputusan hasil dari rekomendasi kecerdasan buatan. Ini berbahaya,” tegasnya.
Dalam mengatasi kemiskinan, misalnya, AI bisa saja merekomendasikan mengurangi jumlah penduduk. Atau keputusan yang masuk akal tapi jauh dari bijaksana.
“Si pemimpin yang dihasilkan dari bentukan kecerdasan buatan menerjemahkan tindakannya bisa saja melarang wanita untuk hamil. Atau orang miskin dibuat punah. Ini berbahaya sekali,” kata Dede.
Menghindari hal-hal negatif dari perkembangan kecerdasan buatan, Dede minta dunia pendidikan tetap menguatkan literasi. Hanya, cara dan metodenya harus kekinian sehingga menarik bagi generasi muda.
“Saya baru saja membahas anggaran Kemendikbud di Komisi X. Tahun depan saya naikkan annggatan badan bahasa dan program literasi jadi dua kali lipat,” ungkap politikus senior Partai Demokrat ini.
Di kegiatan tersebut hadir Kepala Balai Bahasa Jawa Barat Dr Herawati dan Kadisdik Kabupaten Bandung Ruli Hadiana. Hadir juga narasumber Dr Ade Sadikin dari UPI Bandung.
Lalu, tenaga ahli Komisi X DPR Dr M Hailuki dan Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Bandung Saeful Bachri. (R-03)