BANDUNG, WR- Kemendikbud Ristek menggelar workshop pendidikan di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Topik yang dibahas terkait pencegahan dan penanganan kekerasan di lingkungan sekolah.
“Siapa yang mampu menangani persoalan kekerasan di lingkungan pendidikan maka negara tersebut akan jadi negara maju,” kata Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud Ristek Muhammad Hasbi di Mason Pine Hotel, Padalarang (7/10/2023).
Masalah yang sedang terjadi, kata Hasbi, adalah persoalan serius. Sudah terjadi di masa lalu, berlangsung saat ini, dan jadi tantangan di masa depan. Negara yang mampu menangani soal tersebut, dipastikan jadi negara maju.
“Hal itulah yang dicapai negara-negara maju saat ini,” tandasnya.
Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf Macan Effendi mengaku makin miris. Sebab, anak-anak yang jadi pelaku kekerasan kini usianya jadi belia.
“Dulu orang jadi preman pasar saat usianya di atas 20 tahun. Saat ini anak usia SMP dan SMA jadi begal dan kejahatan jalanan lainnya,’ kata Dede.
Doktor Administrasi Publik jebolan Unpad ini mengaku sudah kehabisan kata-kata. Tidak ada kalimat yang bisa pas lagi menggambarkan kekerasan. Apalagi pelakunya adalah anak-anak.
“Anak-anak sekarang seolah kehilangan resilience, kemampuan daya tahan dan keluar dari kesulitan,” tandasnya. Akibatnya gampang patah, mudah marah, berbuat kejahatan, bahkan hingga bunuh diri.
Anak zaman dulu, terbiasa ditempa kesulitan. Sangat jarang anak minta bantuan psikolog. Sebab, anak punya kemampuan bertahan dan keluar dari masalah.
Anak-anak sekarang, lanjut Dede Yusuf, 30-40 tahun lagi mereka ada yang jadi presiden. Jadi para pemimpin lembaga negara.
“Apa jadinya ketika jadi presiden, dikit-dikit minta ke psikolog karena tak kuat dengan beban kerja dan menghadapi kesulitan,” ungkap Dede.
Padahal, sebagai presiden dihadapkan dengan beragam masalah. Datang silih berganti. Dan setiap masalah punya keruwetan masing-masing.
Untuk urusan akademik, Dede mengaku angkat jempol. Bahkan, anak-anak bisa lebih tahu dan lebih pintar dari gurunya. Dan, prestasi akademik anak-anak Indonesia tidak kalah dari negara-negara maju.
“Masalahnya di karakter. Anak-anak kita miskin di sini,” ucap politikus senior Partai Demokrat ini.
Pendidikan karakter akan teruji dari hal sederhana. Dede mengajukan “ujian”. Ambil kasus saat ada anak jatuh di sekolah.
“Jika anak sudah ramai-ramai dan sigap menolong anak yang jatuh tersebut, lalu memberi semangat, artinya pendidikan karakter sudah terbentuk,” kata wakil rakyat dari dapil Jabar II, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat ini. (R-03)