BANDUNG, WR- Ada 7 Juta Wisatawan ke Kab Bandung. Tapi Dede Yusuf Beri Catatan Ini
Kabupaten Bandung mencatat kunjungan wisatawan membanggakan. Tidak kaleng-kaleng. Pada 2023 jumlahnya naik signifikan.
“Alhamdulillah Kang Dede, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bandung tahun lalu mencapai tujuh juta orang,” ujar Vena Andriawan, kepala bidang promosi dan ekonomi kreatif Disparbud Kabupaten Bandung (11/5/2024).
Bertempat di Joglo Village Bojongsoang, Kabupaten Bandung pada Sabtu (11/5/2024) Kemenparekraf menggelar BISA Fest. Kali ini bertema “geliat pusaka pencak silat Bandung”.
Acara dibuka Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf Macan Effendi. Turut hadir Vena Andriawan dari Disparbud. Lalu, Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Bandung Saeful Bachri dan M. Hailuki (ketua rumah aspirasi Dede Yusuf di dapil Jabar II).
Vena Andriawan melaporkan pada 2017 jumlah wisatawan ke Kab Bandung baru 1,9 juta orang. Lalu naik jadi 2,3 juta pada 2020. Pas pandemi covid anjlok.jadi sekitar 2 juta orang.
Pasca covid naik pesat jadi 6,3 juta orang. “Dan data terakhir tahun lalu mencapai tujuh juta. Cuma ada masalah, jumlah pengunjung naik tajam tapi rata-rata lama tinggal dan nilai belanjanya justru turun,” ungkapnya.
Wisatawan banyak datang, tapi length of stay dan spent of money yang diterima Kabupaten Bandung justru turun. Sebabnya, para wisatawan lebih memilih nginap dan belanja di Kota Bandung.
Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf memberi catatan. Menurut politikus Partai Demokrat ini, Kabupaten Bandung hanya unggul secara destinasi.
“Akses yang mudah mendorong orang banyak datang ke destinasi seperti ke Pangalengan, Ciwidey, Rancabali, dan Cimenyan,” ungkap Dede Yusuf.
Aksesibilitas, amenities, dan atraksi (3A) jadi prasyarat tumbuh kembang pariwisata di daerah. “A yang pertama yaitu aksesibilitas sudah bagus. Tinggal A kedua dan A ketiga sehingga wisatawan jadi betah tinggal dan membelanjakan uangnya di Kabupaten Bandung,” katanya.
Amenities berufa fasilitas hotel, resto, dan cafe lebih banyak dan menarik di Kota Bandung. “Catatan penting lain adalah minimnya atraksi di destinasi,” tandas wakil gubernur Jabar periode 2008-2013 ini.
Orang umumnya datang ke destinasi hanya untuk foto-foto. Setelah itu pulang. Minim atraksi seperti di destinasi Bali.
“Harus ada atraksi seperti karnaval jaipongan, helaran pencak silat, calung, reog, dan seni tradisi yang jadi khas Kabupaten Bandung,” katanya. (R-03)