BANDUNG, WR- Pasca Covid-19, kepariwisataan di Kabupaten Bandung kembali bergairah. Hal itu ditandai dengan jumlah wisatawan yang datang. Tercatat 7,1 juta pelancong mengunjungi destinasi wisata di Kabupaten Bandung.
“Tahun lalu adi 7,1 juta wisatawan yang mengunjungi destinasi. Datanya terbalik dibanding saat Covid yang hanya 1,7 juta orang,” kata Vena Andriawan, kepala bidang promosi dan pemasaran Disparbud Kabupaten Bandung.
Vena menyampaikan hal tersebut saat kegiatan Kemenparekraf di Rockhill Arjasari pada Sabtu (22/6/2024). Hadir di acara tersebut Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf Macan Effendi.
“Tahun lalu, pajaknya saja mencapai 45 miliar,” tegas Vena. Kalau pajaknya saja tercatat segitu, total perputaran uang dari 7,1 juta wisatawan yang datang tersebut diperkirakan Rp 450 miliar.
“Itu sudah termasuk spending dan leng of stay, bagaimana orang belanja, makan, dan menggunakan fasilitas hotel untuk menginap,” ungkapnya.
Dijelaskan, saat ini di setiap kecamatan sudah ada venue pariwisata. Bentuknya beragam. Ada wahana permainan air, edukasi anak, hotel, cafe, dan restoran.
Pemda Kabupaten Bandung di bawah nakhoda Bupati Dadang Supriatna, lanjutnya, terus genjot digitalisasi layanan dan informasi kepariwisataan. Salah satunya dengan aplikasi SIMBARRAYA.
Yaitu, support satu data kepariwisataan. Singkatan dari Sistem Informasi Basis Data Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Budaya. “Registrasi dan input data oleh pelaku pariwisata cukup dalam bentuk WA,” paparnya.
Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf mengapresiasi layanan digital kepariwisataan. Sebab akan mengurangi tingkat kebocoran pendapatan asli daerah (PAD). Juga memudahkan komunikasi antara pelaku pariwisata dan dinas terkait.
Bagi pelaku UMKM juga lebih memudahkan. Sebab digitalisasi akan memangkas ruwetnya perizinan. Kemudian biaya promosi dan pemasaran bisa ditekan seminimal mungkin.
“Bisnis konvensional biasanya 40 persen anggaran habis untuk promosi. Dengan bantuan digital tidak perlu lagi bayar billboard, oknum, ormas atau LSM yang aneh-aneh,” katanya.
Bukan hanya itu. Bisnis di era digital juga tak perlu bangun atau sewa toko. “Ongkos produksi jadi murah karena kalau punya toko setidaknya harus ada 2-4 karyawan,” tegas Dede Yusuf. (R-03)