BANDUNG, WR- Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf Macan Effendi sangat reueus dengan acara BISA Festival. Politikus Partai Demokrat ini bangga karena Kemenparekraf telah mengangkat budaya lokal.
Bukan saja pementasan seni budaya, tapi juga kuliner khas daerah setempat. “Saya senang sekali di acara BISA Festival ini ada sajian kacang rebus, ubi rebus, dan pisang lokal,” ujar Dede Yusuf.
Bersih-Indah-Sehat-Aman (BISA Festival) digelar di Floating Market Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada Jumat, 17/6/2022. Acara Kemenparekraf tersebut bertajuk Geliatkan Pariwisata Indonesia Melalui Kreasi Seni Budaya Sunda.
Turut hadir Alexander Reyaan, direktur wisata minat khusus Kemenparekraf dan Heri Partomo (kepala Disparbud KBB). Berikutnya Prof Dr Asep Sumaryana (kepala departemen administrasi publik Pasca Sarjana FISIP Unpad) dan dua Tenaga Ahli Komisi X DPR, yaitu M. Akhiri Hailuki dan Saeful Bachri.
Dede mengaku senang BISA Festival menampilkan seni budaya Sunda seperti tari Jaipongan, musik karinding, sisingaan, dan pencak silat. Sajian kuliner juga sudah mengangkat kearifan lokal. “Sebelumnya saya lihat makanan yang disajikan adalah produk yang biasa dibeli di supermarket. Tak mustahil adalah impor,” jelas Dede.
Yang dirasakan kurang, papar wakil rakyat dari dapil Jabar II (Kabupaten Bandung dan KBB) ini, adalah sajian minuman. Air mineral yang disiapkan sudah produksi sebuah destinasi wisata Lembang.
“Tapi sayang bentuk botolnya masih biasa. Tidak berciri khas Lembang. Padahal bisa saja bantuknya seperti gentong,” tambah Dede.
Awal program BISA di Kemenparekraf berupa bagi-bagi sembako bagi pelaku ekonomi kreatif. Kemudian bersih-bersih destinasi wisata. “Kami di Komisi X kemudian ubah jadi BISA Festival. Targetnya kegiatan seni budaya kembali bangkit,” jelasnya. Dengan begitu, para seniman dan pelaku ekonomi kreatif dapat job dan penghasilan.
Alexander Reyaan menjelaskan, pemerintah sangat peduli dengan pengembangan seni budaya daerah. Destinasi wisata akan kembali bergairah kalau dibarengi dengan pementasan seni budaya lokal.
“Ciri khas destinasi dipengaruhi budayanya. Kalau alam secara umum di mana pun sama,” jelasnya.
Alexander menyebut, ada seni budaya klasik, tapi ada juga kreasi baru dalam menampilkan seni budaya, khususnya Sunda. Tujuannya menyasar generasi milenial.
“Gen Z dan Gen A sekarang ini mendominasi wisatawan nusantara. Kita fokus ke warga sendiri khususnya generasi milenial. Tidak mesti melulu wisatawan bule,” katanya. (R-03)